Senin, 06 Oktober 2014

PROPOSAL PENELITIAN

PERISTILAHAN TEKNOLOGI TRADISIONAL PENANGKAP IKAN 
MASYARAKAT MELAYU KABUPATEN MELAWI
KECAMATAN PINOH UTARA

RENCANA PENELITIAN
Diajukan untuk Diseminarkan dalam Rangka Penyusunan Skripsi pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia                                                    Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni

oleh
Taufik Surahman
F11111049

LogoUntanGIF.gif
 






FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
 2014



A.    Judul Penelitian
Peristilahan Teknologi Tradisional Penangkap Ikan Masyarakat Melayu Kabupaten Melawi Kecamatan Pinoh Utara.

B.     Latar Belakang
Teknologi tradisional merupakan alat yang digunakan secara manual oleh tenaga manusia sebagai penggeraknya dan tidak termasuk ke dalam jenis alat yang modern, yaitu alat yang digerakkan dengan menggunakan mesin. Selain itu teknologi tradisional juga termasuk jenis alat yang diproduksikan secara tradisional oleh manusia. Sehingga teknologi tradisional merupakan teknologi yang tidak diproduksikan oleh pabrik atau perusahaan.
Teknologi tradisional ini digunakan oleh masyarakat untuk membantu kelancaran dan kemudahan dalam bekerja sebagai mata pencaharian. Adapun mata pencaharian yang masih dilakukan sampai saat ini oleh masyarakat Melayu sepeti menoreh, mencari ikan, berladang, dan berkebun. Dari beberapa uraian aktivitas mata pencaharian yang dilakukan oleh masyarakat Melayu tersebut, satu di antaranya adalah mencari ikan yang masih sering dilakukan oleh masyarakat Melayu Kabupaten Melawi.
Masyarakat Melayu Kabupaten Melawi khususnya di Kecamatan Pinoh Utara memiliki pontensi yang memadai dalam hal menangkap ikan. Aktivitas menangkap ikan ini sudah dilakukan oleh orang tua terdahulu hingga sekarang. Sehingga masih terdapat peninggalan yang berupa alat-alat yang berkaitan dengan penangkap ikan. Namun, beberapa di antara masyarakat ada yang telah meninggalkan aktivitas tersebut karena telah beralih mata pencaharian lain.
Pada saat menangkap ikan terdapat ciri khas unik yang dilakukan oleh masyarakat, yaitu dari segi teknologi atau alat yang digunakan. Alat yang digunakan masih berupa alat tradisional yang telah ada dan turun-temurun dari peninggalan orang tua terdahulu hingga sekarang. Alat-alat tradisional ini merupakan produk yang dihasilkan asli oleh masyarakat melayu di daerah Kecamatan Pinoh Utara dengan menggunakan alat dan proses yang masih tradisional.
Alat-alat yang dibuat memiliki nama, jenis, dan fungsi yang berbeda dan memiliki keunikan pada setiap bentuknya.  Begitu pula dengan perbedaannya di setiap tempat atau di setiap daerah. Perbedaan tersebut dikarenakan faktor budaya dan latar belakangnya. Sehingga bentuk pembuatannya sangat memiliki unsur budaya daerah tertentu.
Unsur budaya yang dapat dilihat pada alat penangkap ikan, yaitu dari segi penamaan alat. Misalnya ‘Äawai’ adalah alat penangkap ikan yang terbuat dari tali, kawat, mata pancing, pelampung, dan batu besar sebagai pemberatnya. Kata ‘Äawai’  memiliki perbedaan bahasa pada daerah lain, yaitu daerah Kabupaten Kapuas Hulu. Di daerah Kabupaten Kapuas Hulu kata ‘Äawai’ itu disebut ‘Äabai’ tetapi tidak mengubah bentuk dan jenis alat tersebut.
Selain penamaan alat yang menjadi unsur pembeda pada alat penangkap ikan tradisional, unsur pembeda berikutnya dapat dilihat dari cara penggunaanya. Penggunaan alat tersebut tidaklah dapat digunakan bila tidak disesuaikan dengan aturannya. Seperti aturan terhadap kondisi lingkungan yang terdapat di sungai. Karena penggunaan alat penangkap ikan sangat bergantung pada kondisi pasang atau surutnya sungai dan disesuaikan dengan penempatan terhadap sungai besar atau sungai kecil (labang).
Ukuran dan jenis ikan juga menjadi penentu penggunaan alat penangkap ikan. Karena ukuran dan jenis ikan dapat dilihat berdasarkan besar atau kecilnya seekor ikan dan jenis ikan yang akan ditangkap, seperti ikan seluang, bau?, dan baoN. Sehingga penggunaan alat tradisional penangkap ikan dapat disesuaikan beredasarkan aturan-aturannya. Dengan demikian keunikan yang terdapat pada alat penangkap ikan, dapat ditelaah lebih lanjut, sehingga bukti-bukti autentiknya dapat tercantum dalam penelitian ini.
Alat tradisional dalam menangkap ikan ini dapat dikategorikan sebagai kekayaan budaya Melayu, yaitu di daerah Melawi yang bertempat tinggal di sekitar aliran sungai. Masyarakat membuat alat menangkap ikan ini masih menggunakan cara yang tradisional. Oleh karena itu peristilahan yang akan dipaparkan dalam penelitian ini, yaitu berupa alat, bagian-bagian, proses pembuatan, dan cara penggunaannya.
Penelitian ini berkenaan dengan bidang linguistik yang termasuk ke dalam bidang semantik. Adapaun bidang semantik yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah komponen makna, jenis makna, dan fungsi makna peristilahan teknologi tradisional penangkap ikan masyarakat Melayu Kabupaten Melawi Kecamatan Pinoh Utara.
Kabupaten Melawi memiliki luas wilayah 10.640,80 km2 atau 106.4080 hektar. Dilihat dari letak geografisnya, Kabupaten Melawi terletak diantara 0˚ 07΄ LS 1˚21΄ LS serta 111˚07΄ BT dan 112˚ 27΄ BT, dengan batas wilayah sebagai berikut.
1.      Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Sintang.
2.      Sebelah Selatan berbatasan dengan Propinsi Kalimantan Tengah.
3.      Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Sintang
4.      Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Ketapang.
Kabupaten Melawi terdiri dari 11 kecamatan, yaitu Sokan, Tanah Pinoh, Tanah Pinoh Barat, Sayan, Belimbing, Belimbing Hulu, Nanga Pinoh, Pinoh Selatan, Pinoh Utara, Ela Hilir, dan Menukung. Keseluruhan desa yang ada di Kabupaten Melawi berjumlah 169 desa dan 525 dusun. Jumlah penduduk berdasarkan data kantor Pendaftaran Penduduk dan Catatan Sipil Kabupaten Melawi tahun 2010 berjumlah 178.645 jiwa dengan kepadatan rata-rata 16,79 jiwa/km2.
Peneliti akan melakukan penelitian teknologi tradisional penangkap ikan di Desa Tekelak, Melawi Kiri Hilir, dan Kompas Raya, Kecamatan Pinoh Utara. Penentuan tiga desa tersebut dikarenakan masih banyak terdapat aktivitas masyarakat yang menangkap ikan sebagai mata pencaharian dengan menggunakan peralatan tradisional dan jenis alat yang beragam. Selanjutnya, bahwa kelestarian penutur asli Bahasa Melayu Melawi di tiga desa tersebut masih sangat terjaga.
Pemilihan peistilahan teknologi penangkap ikan masyarakat Melayu Kabupaten Melawi Kecamatan Pinoh Utara sebagai objek penelitian ini berdasarkan pertimbangan bahwa penelitian mengenai peristilahan alat tradisional penangkap ikan ini belum pernah diteliti sebelumnya oleh mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di FKIP Untan. Akan tetapi penletian serupa terhadap alat tradisional pernah dilakukan oleh Rahmawati mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di FKIP Untan Pontianak tahun 2013. Judul penelitian Rahmawati, yaitu “Peristilahan Tenun Tradisional Melayu Sambas: Kajian Semantik”. Penelitian tersebut  berfokous pada alat tenun tradisional dalam dialek komunikasi Melayu Sambas atau Bahasa Melayu Dialek Sambas (BMDS). Selain itu juga terdapat penelitian yang serupa mengenai peristilhan yang dilakukan oleh Siska Rahmawati mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di FKIP Untan Pontianak tahun 2014, yaitu “Peristilahan Persenjataan Tradisional Masyarakat Melayu di Kabupaten Sambas”. Peneltian tersebut berfokus pada pesenjataan tradisional yang dikaji dengan pendekatan etnolinguistik.
Berdasarkan penjelasan di atas, penelitian ini berbeda dengan penelitian terdahulu, Karena dalam penelitian ini objek yang dikaji berupa “teknologi tradisional penangkap ikan” masyarakat Melayu Kabupaten Melawi Kecamatan Pinoh Utara. Sedangkan penelitian sebelumnya mengkaji objek yang berupa “tenun” dan “persenjataan” masyarakat Melayu Sambas. Adapun persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah mengkaji bidang semantik yaitu berkaitan dengan makna.
Penelitian teknologi tradisioanal penangkap ikan ini dapat menambah kosa kata daerah yang terdapat di Indonesia. Penambahan kosa kata daerah tersebut diupayakan agar generasi muda dapat melestarikan unsur kekayaan budaya yang dimiliki oleh suatu daerah. Sehingga dapat meminimalisasikan ketidaktahuan generasi muda terhadap kebudayaan di Indonesia yang pada saat ini sudah banyak masuk unsur perkembangan teknologi yang lebih canggih dan modern.
Adapun hubungan penelitian ini dengan pembelajaran bahwa penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi untuk kegiatan belajar mengajar di perkuliahan khususnya pada mata kuliah semantik. Karena pembelajaran semantik sangat berkaitan dengan pembahasan dalam rencana penelitian ini yang berupa pembahasan mengenai makna. Pembahasan Makna yang berkaitan dalam kajian semantik ini berupa komponen makna, jenis dan fungsi makna dari peristilahan teknologi tradisional penangkap ikan. Penelitian ini juga, akan menghasilkan kamus tematik atau kamus mini yang berupa istilah-istilah yang terdapat pada teknologi tradisional penangkap ikan. Dengan demikian dapat menambah pengetahuan baru tentang ilmu bahasa daerah, khususnya bahasa daerah Melayu Melawi Kecamatan Pinoh Utara yang berkaitan dengan teknologi tradisional penangkap ikan.
Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan referensi bagi pembaca, masyarakat, guru, dan orang lain berdasarkan kebutuhan. Sehingga dapat menambah wawasan pengetahuan di bidang bahasa dan kebudayaan khususnya mengenai teknologi tradisional penangkap ikan di Kalimantan Barat. Dengan demikian dapat menambah inventarisasi bahasa daerah yang ada di Indonesia.
C.    Rumusan Masalah
Masalah umum yang dibahas dalam penelitian ini adalah peristilahan teknologi tradisional penangkap ikan masyarakat Melayu Kabupaten Melawi Kecamatan Pinoh Utara. Adapun masalah khusus penelitian ini adalah sebagai berikut.
1.      Bagaimanakah komponen makna peristilahan teknologi tradisional penangkap ikan masyarakat Melayu Kabupaten Melawi Kecamatan Pinoh Utara yang berupa alat, bagian-bagian, proses pembuatan dan proses penggunaanya?
2.      Bagaimanakah jenis makna peristilahan teknologi tradisional penangkap ikan masyarakat Melayu Kabupaten Melawi Kecamatan Pinoh Utara yang berupa alat, bagian-bagian, proses pembuatan dan proses penggunaanya?
3.      Bagaimanakah fungsi makna peristilahan teknologi tradisional penangkap ikan masyarakat Melayu Kabupaten Melawi Kecamatan Pinoh Utara yang berupa alat, bagian-bagian, proses pembuatan dan proses penggunaanya?

D.    Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.
1.      Pendeskripsian komponen makna peristilahan teknologi tradisional penangkap ikan masyarakat Melayu Kabupaten Melawi Kecamatan Pinoh Utara yang berupa alat, bagian-bagian, proses pembuatan dan proses penggunaanya?
2.      Pendeskripsian jenis makna peristilahan teknologi tradisional penangkap ikan masyarakat Melayu Kabupaten Melawi Kecamatan Pinoh Utara yang berupa alat, bagian-bagian, proses pembuatan dan proses penggunaanya?
3.      Pendeskripsian fungsi makna peristilahan teknologi tradisional penangkap ikan masyarakat Melayu Kabupaten Melawi Kecamatan Pinoh Utara yang berupa alat, bagian-bagian, proses pembuatan dan proses penggunaanya?

E.     Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini terdiri atas manfaat secara teoretis dan manfaat secara praktis, adapun pemaparannya adalah sebagai berikut.

1.      Manfaat Teoretis
Penelitian ini akan memberikan peningkatan terhadap pengetahuan tentang kebudayaan di Kabupaten Melawi Kecamatan Pinoh Utara khususnya mengenai kebahasaan yang terkandung dalam peristilahan teknologi tradisional penangkap ikan masyarakat Melayu yang saat ini sudah mulai ditinggalkan karena telah beralih mata pencaharian. Hasil penelitian ini juga akan dijadikan acuan untuk peneliti selanjutnya yang membahas objek penelitian yang sama.
2.      Manfaat Praktis
a.       Penelitian ini akan menambah wawasan dan pengalaman peneliti tentang kebudayaan masyarakat melayu Melawi Kecamatan Pinoh Utara tentang bahasa khususnya peristilahan teknologi tradisional penangkap ikan.
b.      Penelitian ini akan memberikan konsep kepada pembaca tentang peristilahan teknologi tradisional penangkap ikan yang terdapat di Kabupaten Melawi Kecamatan Pinoh Utara.
c.       Penelitian ini akan menjadi bahan penunjang atau referensi kepada pendidik untuk mengetaui kebudayaan dan kosakata pada teknologi tradisional penangkap ikan melayu di Kabupaten Melawi Kecamatan Pinoh Utara.
d.      Penelitian ini dapat menjadi bahan referensi bagi peneltiti berikutnya untuk ditindaklanjuti lebih dalam.

F.     Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup peneltian dibutuhkan agar penelitian dapat terarah dan proses pengumpulan data dapat tersusun secara sistematis. Penelitian ini difokuskan pada pendeskripsian teknologi tradisional penangkap ikan masyarakat melayu Kabupaten Melawi Kecamtan Pinoh Utara yang berupa kajian semantik. Adapun hal-hal yang akan dipaparkan dalam penelitian ini yaitu berupa alat, bahan yang digunakan dalam pembuatan, desain, bagian-bagian serta penggunaan alat sebagai mata pencaharian. Berkaitan dengan hal tersebut, ruang lingkup penelitian ini mencakup dua aspek, sebagai berikut.
1.      Pembahasan mengenai komponen makna peristilahan teknologi tradisional penangkap ikan masyarakat Melayu Kabupaten Melawi Kecamatan Pinoh Utara.
2.      Pembahasan mengenai jenis makna peristilahan teknologi tradisional penangkap ikan masyarakat Melayu Kabupaten Melawi Kecamatan Pinoh Utara.
3.      Pembahasan mengenai fungsi makna peristilahan teknologi tradisional penangkap ikan masyarakat Melayu Kabupaten Melawi Kecamatan Pinoh Utara.

G.    Penjelasan Istilah
Istilah-istilah yang perlu dipertegas pengertiannya agar tidak salah paham dan menyatukan persepsi peneliti dengan pembaca dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut.
1.      Istilah adalah kata atau gabungan kata yang maknanya sudah tetap, tepat, pasti jelas, dan mantap; serta hanya digunakan dalam satu bidang kegiatan atau keilmuan tertentu (Chaer, 2007: 19).
2.      Teknologi tradisional merupakan alat yang digunakan secara manual oleh tenaga manusia sebagai penggeraknya dan tidak termasuk ke dalam jenis alat yang modern, yaitu alat yang digerakkan dengan menggunakan mesin. Selain itu teknologi tradisional juga termasuk jenis alat yang diproduksikan secara tradisional oleh tenaga manusia. Sehingga teknologi tradisional merupakan teknologi yang tidak diproduksikan oleh pabrik atau perusahaan.
3.      Melayu Melawi merupakan satu di antara suku yang terdapat di Kabupaten Melawi yang terletak pada wilayah timur dari Provinsi Kalimantan Barat.
4.      Kajian Semantik adalah subdisplin linguistik yang membicarakan tentang makna (Pateda, 2010:7). Makna yang dimaksudkan dalam hal ini adalah makna bahasa.
Berdasarkan penjelasan istilah yang dikemukakan di atas, peneliti memilih peristilahan teknologi tradisional penangkap ikan. Persenjataan yang menjadi objek penelitian merupakan persenjataan yang bersifat tradisional yang terdapat dan digunakan oleh masyarakat Kabupaten Melawi Kecamatan Pinoh Utara. Telaah mengenai makna bahasa yang meggambarkan bagian yang direalisasikan oleh seperangkat unsur leksikal pada bidang teknologi tradisional penangkap ikan.

H.    Kajian Pustaka
1.      Pengertian Istilah
Berdasarkan pedoman umum pembentukkan istilah, istilah adalah kata atau frasa yang dipakai sebagai nama atau lambang dan yang dengan cermat mengungkapkan makna konsep, proses, keadaan, atau sifat yang khas dalam bidang ilmu pengetahuan; teknologi; dan seni. menggunakan konsep, proses, keadaan, atau sifat yang khas dalam bidang tertentu. Menurut Chaer (2007:19) istilah adalah kata atau gabungan kata yang maknanya sudah tetap, tepat, pasti, jelas, dan mantap; serta hanya digunakan dalam satu bidang kegiatan atau keilmuan tertentu.
2.      Pengertian Semantik
Pendapat yang berbunyi “semantik adalah studi tentang makna”  dikemikan pula oleh Kambartel (dalam Pateda, 2010: 7). Menurutnya, semantik mengasumsikan bahwa bahasa terdiri dari struktur yang menampakkan makna apabila dihubungkan dengan objek dalam pengalaman dunia manusia. Oleh karena itu, “semantik” merupakan bagian dari ilmu linguistik yang mempelajari makna atau arti dalam bahasa.
3.      Komponen Makna
Komponen makna atau komponen semantik merupakan suatu bentuk teknik analisis makna kata dengan mengajarkan bahwa setiap kata atau unsur leksikal terdiri dari satu atau beberapa unsur yang bersama-sama membentuyk makna kata atau makna unsur leksikal tersebut. Makna yang dimiliki oleh setiap kata itu terdiri dari sejumlah komponen (yang disebut komponen makna), yang membentuk keseluruhan makna kata itu. Komponen makna ini dapat dianalisis, dibutiri, atau disebutkan satu per satu, berdasarkan “pengertian-pengertian” yang dimilikinya. Umpamanya, kata ayah memiliki komponen makna /+manusia/, /+dewasa/, /+jantan/, /+kawin/, dan /+punya anak. Perbedaan makna antara kata ayah dan ibu hanyalah pada ciri makna atau komponen makna; ayah memiliki makna jantan, sedangkan ibu tidak memiliki kata jantan.
Tabel 2.1 Komponen makna manusia sebagai contoh
Komponen makna
Ayah
Ibu
Insan
+
+
Dewasa
+
+
Jantan
+
-
Kawin
+
+
 Keterangan: tanda + mempunyai komponen makna tersebut, dantanda - tidak mempunyai komponen makna tersebut.



Tabel 2.2 Komponen makna teknologi tradisional
penangkap ikan sebagai contoh
Komponen makna
Jalo
Pukat
Menggunakan tali nilon
+
+
Menggunakan benda pemberat
+
+
Menggunakan pelampung sebagai perentang/ tanda
-
+

Perbedaan makna antara kata jalo dan pukat terdapat pada ciri makna atau komponen makna yaitu pukat ‘menggunakan pelampung sebagai perentang atau tanda’ sedangkan jalo tidak ‘menggunakan pelampung sebagai perentang atau tanda’.
4.      Jenis Makna
Para ahli linguis memaparkan beberapa jenis-jenis makna dalam semantik. Di antaranya memiliki kesamaan dan beberapa perbedaan dalam merumuskannya. Menurut Chaer (2009:60-78) jenis makna diklasifikasikan menjadi makna leksikal dan makna gramatikal, makna referensial dan makna nonreferensial, makna denotatif dan makna konotatif, makna kata dan makna istilah, makna konseptual dan makna asosiatif, makna idiomatikal dan peribahasa, makna kias, makna lokusi, ilokusi, dan perlokusi.
Menurut Pateda (2010:96-131) mengklasifikasikan jenis makna ke dalam 29 kategori jenis makna, yaitu makna afektif, denotatif, deskriptif, ekstensi, emotif, gereflekter, gramatikal, ideasional, intensi, khusus, kiasan, kognitif, kolokasi, konotatif, konseptual, konstruksi, kontekstual, leksikal, lokusi, luas, piktorial, proporsional, pusat, referensial, sempit, stilistika, tekstual, tematis, dan umum. Pada penelitian ini peneliti akan membahas makna secara leksikal saja di dalam peristilahan teknologi tradisional penangkap ikan Masyarakat Melayu di Kabupaten Melawi Kecamatan Pinoh Utara.
5.      Makana Leksikal
Menurut Pateda (2010:119) makna leksikal (lexical meaning) atau makna semantik (semantic meaning), atau makna eksternal (external meaning) adalah makna kata ketika makna kata itu berdiri sendiri, entah dalam bentuk leksem atau bentuk berimbuhan yang maknanya kurang lebih tetap, seperti yang dapat dibaca di dalam kamus bahasa tertentu. Menurut Chaer (2009:60) makna leksikal adalah makna yang bersifat leksikon, bersifat leksem, atau bersifat kata. Menurut Prawirasumantri, dkk (1997:118) makna leksikal adalah makna yang terdapat pada kata yang berdiri sendiri (terpisah dari kata lain), baik dalam bentuk dasar maupun dalam bentuk kompleks, dan makna yang ada relatif tetap seperti apa yang dapat kita lihat di dalam kamus.
6.      Fungsi Semantis
      Menurut Kridalaksana (2008: 68) fungsi semantik adalah peran unsur dalam suatu ujaran dan hubungannya secara struktural dengan unsur lain khususnya dibidang makana berhubungan dengan fungsi dan makna, menentukan fungsi menjadi lebih sulit sebab fungsi dan makna terjalin erat tidak terpisahkan. Seorang bahasawan atau penutur suatu bahasa dapat memahami dan menggunakan bahasanya bukan karena dia menguasai semua kalimat yang ada dalam bahasanya melainkan adanya unsur kesesuaian atau kecocokan ciri-ciri semantik.
7.      Pemaknaan
Nida (dalam Pateda, 2010:273-284) menyebutkan empat prosedur untuk menganalisis pemaknaan atau komponen makna, yaitu penamaan, memarafrasa, mendefinisi, dan mengklasifikasikan penjelasannya adalah sebagai berikut.
a.       Penamaan
Menurut Pateda (2010:276) penamaan sebenarnya merupakan budi daya manusia untuk memudahkan mereka berkomunikasi. Penamaan itu sendiri merupakan kegiatan pengganti benda, proses, gejala, aktivitas, sifat. Pateda juga menambahkan Proses penamaan tentu berhubungan dengan acuannya. Misalnya, kalau seseorang melihat binatang yang berkaki empat dan biasa dipacu, suka makan rumput, kita segera mengatakan bahwa binatang tersebut adalah kuda.
b.      Memarafrasa
Pateda (2010:280) mengutarakan untuk menganalisis komponen makna sehingga menjadi lebih rinci, digunakan parafrasa. Parafrasa bertitik tolak dari deskripsi secara pendek tentang sesuatu. Misalnya, kalau orang berkata paman, dapat diparafrasakan menjadi saudara laki-laki ayah atau saudara laki-laki ibu. Menurut Pateda (2010:280) dalam hubungan dengan usaha memarafrasa, orang perlu membedakan dua tipe unit semantik, yakni unit inti dan ujaran yang dikaitkan dengan unit inti dalam parafrasa.
c.       Mendefinisi
Pateda (2010:281) secara leksikologis, definisi adalah: (i) kata, frasa, atau kalimat yang mengungkapkan makna, keterangan, atau ciri utama dari orang, benda, proses, atau aktivitas; (ii) rumusan tentang ruang lingkup dan ciri-ciri suatu konsep yang menjadi pokok pembicaraan atau studi.
d.      Mengklasifikasikan
Mengklasifikasikan merupakan proses menghubungkan sebuah leksem dengan genus atau kelas (Pateda 2010:284). Klasifikasi ini merupakan langkah pertama untuk membatasi suatu pengertian adalah menghubungkan sebuah kata dengan genusnya. Genus adalah setiap pengertian yang menyatakan hanya sebagian dari hakikat sesuatu.
8.      Antropolinguistik
Antropolinguistik merupakan gabungan dari dua disiplin ilmu yakni antropologi dan linguistik. Antropologi merupakan ilmu yang mengkaji kebudayaan dan linguistik sebagai ilmu yang mengkaji bahasa. Linguistik (ilmu bahasa) dan antropologi kultural (ilmu budaya) bekerja sama dalam mempelajari hubungan bahasa dengan aspek-aspek budaya (Sibarani, 2004:49-50).
Antropolinguistik adalah cabang linguistik yang mempelajari variasi dan penggunaan bahasa dalam hubungan dengan perkembangan waktu, perbedaan tempat komunikasi, sistem kekerabatan, pengaruh kebiasaan etnik, kepercayaan, etika berbahasa, adat istiadat, dan pola-pola kebudayaan lain dari suatu suku bangsa (Sibarani, 2004:50).
Menurut Crystal (dalam Sibarani, 2004:50) antropolinguistik menitikberatkan pada hubungan antara bahasa dan kebudayaan di dalam suatu masyarakat seperti peranan bahasa di dalam mempelajari bagaimana hubungan keluarga diekspresikan dalam terminologi budaya, bagaimana cara seseorang berkomumikasi dengan orang lain dalam kegiatan sosial dan budaya tertentu, dan bagaimana cara seseorang berkomunikasi dengan orang dari budaya lain, bagaimana cara seseorang berkomunikasi dengan orang lain secara tepat sesuai dengan konteks budayanya, dan bagaimana bahasa masyarakat dahulu sesuai dengan perkembangan budayanya.
Menurut Foley (dalam Bawa, 2004:37), antropolinguistik memandang bahasa melalui prisma konsep inti antropologi, budaya, dan sebagainya untuk menemukan “makna” di balik penggunaannya.

I.       Metodologi Penelitian
1.      Metode Penelitian
Peneliti memakai metode deskriptif. Sudaryanto (1988:2) mengemukakan istilah deskriptif menyarankan agar penelitian yang dilakukan semata-mata hanya melihat berdasarkan fakta yang ada atau fenomena yang secara empiris, sehingga yang dihasilkan atau dicatat berupa bahasa yang dikatakan sifatnya seperti potret, paparan seperti apa adanya. Peneliti menggunakan metode deskriptif ini bertujuan untuk mengungkapkan, menggambarkan dan menguraikan data yang sesuia dengan fakta yang diperoleh di lapangan.

2.      Bentuk Penelitian
Bentuk penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif  adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah (Moleong, 2007:6).
3.      Sumber data dan Data
a.       Sumber Data
Sumber data dari penelitian ini adalah Bahasa Melayu Dialek Melawi (BMDM) yang ditutur oleh masyarakat yang memiliki dan mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan teknologi tradisional penangkap ikan serta merupakan penutur asli dan informan yang mengetahui peristilahan yang ada dalam teknologi tradisional penangkap ikan di Kabupaten Melawi Kecamatan Pinoh Utara. Informan dalam penelitian ini akan dipilih berdasarkan kriteria tertentu. Menurut Samarin (1988:55-62), syarat-syarat pemilihan informan sebagai berikut.
1)      Berusia di atas 30 tahun.
2)      Memilih informan yang berjenis kelamin sama.
3)      Mengetahui kebudayaan setempat.
4)      Penutur asli bahasa dan dialek yang akan diteliti.

b.      Data
Data dari penelitian ini adalah kata atau frasa yang mengandung peristilahan dalam teknologi tradisional penangkap ikan masyarakat Melayu di Kabupaten Melawi Kecamatan Pinoh Utara.
4.      Teknik dan Alat Pengumpulan Data
a.       Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang dilakukan peneliti dalam mendapatkan data di lapangan adalah teknik perekaman dan wawancara. Teknik perekaman dilakukan menggunakan perekam visual teknologi tradisional penangkap ikan masyarakat melayu di Kabupaten Melawi Kecamatn Pinoh Utara. Wawancara dilakukan kepada pemilik atau orang yang mengetahui tentang peristilahan teknologi tradisional penangkap ikan. Kegiatan wawancara dilakukan dengan bantuan instrumen tulis, gambar, dan alat perekam.
b.      Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen wawancara, alat perekam video, dan perekam suara. Peneliti sebagai instrumen kunci sebagai perencana, pelaksana, penganalisis, dan pelapor hasil penelitian.
Adapun langkah-langkah dalam pengumpulan data dalam penelitian ini sebagai berikut.
1)      Peneliti bertemu dan bertatap muka dengan narasumber.
2)      Peneliti bertanya jawab dengan menggunakan instrument wawancara.
3)      Peneliti mencatat dan merekam pengucapan yang disampaikan narasumber.
4)      Peneliti mentranskripsikan hasil rekaman.
5)      Peneliti membaca hasil rekaman yang telah dicatat.
6)      Peneliti mengidentifikasi hasil rekaman yang telah dicatat.
7)      Peneliti mengklasifikasikan hasil rekaman.
8)      Peneliti menguji hasil rekaman.

5.      Menguji Keabsahan Data
Teknik keabsahan data ini dilakukan untuk memastikan kebenaran dan keakuratan data yang didapatkan. Pengujian ini dilakukan dengan tiga cara yaitu teknik ketekunan pengamatan, diskusi teman sejawat, dan triangulasi.
a.      Ketekunan Pengamatan
Menurut Moleong (2010:329) ketekunan pengamatan berarti mencari secara konsisten interpretasi dengan berbagai cara dalam kaitan dengan berbagai proses analisis yang konstan atau tentatif. Ketekunan ini akan dilakukan oleh peneliti dalam melaksanakan pengambilan data melalui studi dokumenter agar tidak terjadi kekeliruan dan ketidaklengkapan data.
b.      Diskusi Teman Sejawat
Diskusi teman sejawat ini dilakukan dengan cara mengekspos hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi dengan rekan-rekan sejawat (Moleong, 2007:332). Diskusi ini dilakukan untuk bertukar pikiran bersama teman agar dapat membantu peneliti apabila kesulitan dalam melakukan proses penelitian, memberikan saran, dan meninjau kembali pandangan tentang analisis yang sedang dilakukan.
c.       Triangulasi
Peneliti akan melakukan triangulasi sebagai cara untuk memeriksa keabsahan data. Menurut Saebani (2008:189) triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Sedangkan menurut Moleong (2007:330) triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.
Denzin (dalam Moleong, 2007:330) membedakan empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik, dan teori. Dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi metode. Triangulasi sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif. Sedangkan triangulasi metode adalah penggunaan lebih dari satu metode dalam tahap penyediaan data, misalnya penggunaan metode simak di samping metode cakap mendalam.


6.      Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan upaya yang dilakukan untuk mengklasifikasi, mengelompokkan data. Pada tahap ini dilakukan upaya menggelompokkan, menyamakan, data yang sama dan membedakan data yang memang berbeda, serta menyisihkan pada kelompok lain data yang serupa, tetapi tidak sama. (Mahsun, 2012:253). Cara-cara yang dilakukan dalam teknik analisis data adalah sebagai berikut.
a.       Peneliti membaca kembali data yang sudah diklasifikasikan.
b.      Peneltit menganalisis, mentranskripsikan, dan menginterpretasikan komponen makna berdasarkan peristilahan teknologi tradisional penangkap ikan masyarakat Melayu Kabupaten Melawi Kecamatan Pinoh Utara.
c.       Peneltit menganalisis, mentranskripsikan, dan menginterpretasikan jenis makna berdasarkan peristilahan teknologi tradisional penangkap ikan masyarakat Melayu Kabupaten Melawi Kecamatan Pinoh Utara.
d.      Peneltit menganalisis, mentranskripsikan, dan menginterpretasikan fungsi makna berdasarkan peristilahan teknologi tradisional penangkap ikan masyarakat Melayu Kabupaten Melawi Kecamatan Pinoh Utara.

e.       Peneliti Menyimpulkan data.

DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 2007. Leksikologi dan Leksikografi Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Chaer, Abdul. 2009. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Erom, Kletus. 2007. Teori Linguistik Kebudayaan. Denpasar: Universitas Udayan.
Mahsun. 2012. Metode Penelitian Bahasa. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Moleong, Lexy J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakrya.
Pateda, Mansoer. 2010. Semantik Leksikal. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Saebani, Beni Ahmad. 2008. Metode Penelitian. Bandung: CV Pustaka Setia.
Samarin, William J. 1988. Ilmu Bahasa Lapangan. Yogyakarta: Kanisius.
Sibarani, Robert. 2004. Antropolinguistik. Medan: Penerbit PODA.
Sudaryanto. 1988. Metode Linguistik. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Sugono, Dendy. 2007. Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.